Pulang Katamu?

ilustrasi:cdn.idntimes.com

Saya sebenarnya ingin kabur
Karena saya merasa harus kabur
Tujuan saya adalah tidak boleh menengok
Tapi tidak bisa.Saya merasa punya mata 
di belakang kepala saya, sehingga 
pun jika saya pergi, saya hanya akan menambah
kebingungan diri saya sendiri

Saya mempercayai mata depan saya
di lain itu, saya juga mempercayai
mata belakang kepala lainnya

Mata depan akan menuntun saya ke depan
sementara mata belakang 
memandu saya berjalan ke arah sebaliknya
saling menarik-saling membisikkan
Membikin saya bingung, hingga 
menahan langkah kaki saya berayun
tak bisa kabur

Saya berdiri di trotoar. Kadang-kadang
saya ingin melihat apa yang terjadi 
di depan sana, namun mata belakang itu
tak mau kalah membikin saya penasaran

ditambah kata-katamu sempat 
kau ucapkan pada saya tempo dulu:

"Jika kau lelah, dan 
kepalamu bagai keledai yang 
tak henti-hentinya menarik 
gerobak barang, anak nakal, pulanglah!" 

Pulanglah ke dadaku. 

Aku ingin persilakan kau duduk
dan menarik napas.

Akhir-akhir ini, aku rindu
meja dapur dua kursi
dengan kipas angin  
dan kau di tengah-tengahnya

Aku-sudah kusisa kan bagianmu
sepotong ikan asin 
tahu goreng dan 
sambal kesukaanmu

Pintunya tak pernah terkunci.

malam lebih panjang dari malam itu sendiri 
aku selalu 
diserang pertanyaan 
apa yang akan kuperbuat tanpamu 
aku yang salah, waktu itu

Aku mencintai dua orang 
sekaligus: diriku sendiri dan dirimu
dan itu terlalu banyak, 
katamu. Aku tahu. Kita tak pernah ingin berbagi

Tapi sekarang, aku tahu
Anak nakal, pulanglah!

Saya mendengar kalimat terakhir itu
jelas memanggil, 
"Anak nakal... Pulanglah!
Sebelum kau menggigil!"

[AW]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suaramu

Jatuh Cinta

Pertanyaan-pertanyaan yang Tenggelam